Jumat, 11 Mei 2012

PROFESI SEBAGAI TENAGA MEDIS BERESIKO TERINFEKSI VIRUS DARI PASIEN

PROFESI SEBAGAI TENAGA MEDIS BERESIKO TERINFEKSI VIRUS DARI PASIEN

Tenaga medis merupakan profesi yang berisiko terinfeksi virus dari pasien. Angka kejadian tenaga kesehatan yang tertular Hepatitis B dan C cenderung tinggi. Sementara yang tertular HIV belum pernah ada.

Karena itu diperlukan kewaspadaan menyeluruh bagi tenaga kesehatan. Beberapa penyakit infeksi virus yang ditularkan melalui darah seperti Hepatitis B, Hepatitis C dan HIV memang berisiko menulari tenaga kesehatan.

Penularan ini dapat terjadi melalui kulit yang terluka oleh jarum, pisau dan benda tajam lain atau paparan selaput lendir dengan cairan tubuh.


"Luka di kulit mempunyai risiko lebih tinggi terkena infeksi dibandingkan terpaparnya selaput lendir, dengan risiko tertinggi untuk Hepatitis B, Hepatitis C dan paling kecil infeksi HIV," ujar Prof dr Zubairi Djoerban,SpPD-KHOM dalam acara seminar 'How to deal with HIV AIDS' di aula FKUI Salemba, Jakarta, Sabtu (12/6/2010).


Prof Zubairi menuturkan tenaga kesehatan yang berisiko terinfeksi itu mulai dari perawat, dokter (bedah atau non bedah), teknisi laboratorium hingga tenaga kebersihan.

Tempat kejadiannya pun bisa dimana saja baik di bangsal perawatan, ruang operasi, unit gawat darurat maupun ICU. Karena itu kewaspadaan universal harus dilakukan di semua lini dalam institusi pelayanan kesehatan.

Faktor risiko yang bisa membuat seseorang terinfeksi adalah:

1. Kedalaman paparan atau tusukan
2. Apakah ada darah di instrumen yang digunakan
3. Jarum yang menusuk hingga ke pembuluh darah arteri atau vena
4. Apakah pasien sudah mendapatkan pengobatan atau belum.


"Bagi petugas yang menggunakan jarum suntik sebaiknya jangan memegang jarum serta jarum yang digunakan dibuang ke kaleng atau tempat yang tidak tembus jarum," ujar dokter dari divisi hematologi onkologi medik FKUI RSCM.

Untuk mencegah risiko infeksi ini, sebaiknya semua tenaga kesehatan harus menggunakan pelindung saat kontak dengan darah atau cairan tubuh dengan menggunakan sarung tangan, masker, kacamata pelindung dan lainnya.

"Jika menggunakan sarung tangan maka risiko tertular infeksi virus bisa berkurang hingga 50-80 persen," ungkap ketua Persatuan Dokter Peduli AIDS Indonesia ini.

Prof Zubairi menambahkan jika tenaga kesehatan tertusuk jarum atau timbul luka saat kontak dengan pasien maka yang harus dilakukan:

1. Segera cuci tangan dengan air mengalir dan sabun
2. Melaporkan hal tersebut dalam catatan medis
3. Mencari tahu data mengenai pasien
4. Melakukan manajemen spesifik seperti konseling dan tes pemeriksaan lebih lanjut.


Jika terjadi paparan dengan darah atau cairan tubuh yang berisiko tinggi menularkan HIV maka segera diberikan obat antiretroviral (ARV) dalam 36 jam pertama. Sedangkan jika berisiko hepatitis bisa diberikan vaksinasi untuk mencegahnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar