Beberapa ahli justru berpendapat bahwa ini hanyalah pelarian sejenak dari masalah.
VIVAnews - Banyak pakar seks menganggap kalau
aktivitas seks dapat memadamkan api amarah dalam sebuah perdebatan
panjang. Tapi, tidak dengan dokter satu ini.
Menurut pakar psikologis klinis Seth Mayer, hubungan seks memiliki
efek yang sama dengan kokain. Orang akan lupa dengan masalah mereka saat menggunakannya, tetapi masalah akan kembali ketika pengaruh obat bius tersebut hilang.
Seperti dilansir dari Daily Mail, ia beranggapan kalau seks hanya
sekedar alasan untuk berhenti bertengkar bukan untuk menyelesaikan
permasalahan yang terjadi.
Sedangkan dalam sebuah blog yang diterbitkan Psychology Today berjudul Make-Up Sex Hurts: Why and How to Avoid it, ia menjelaskan mengapa seks seperti ini adalah ide yang buruk.
"Ini hanya akan memperkuat drama pertengkaran dan emosional. Pikirkan, Jika Anda melakukan hubungan seks luar biasa setelah bertengkar hebat, tidakkah masuk akal jika pertengkaran terjadi lagi setelah kepuasan yang didapat?" ujarnya.
Teori kontroversial ini bertentangan dengan kepercayaan banyak orang
yang menganggap bahwa kepuasan seks yang didapat setelah bertengkar bisa mencapai berkali lipat rasanya.
Ketika pasangan berbagi emosi negatif, ia menjelaskan, seks
menyediakan solusi cepat dan mudah. "Mereka terlalu cepat berpindah ke jalur yang bertolak belakang. Jujur, ini tidak berbeda dengan rasa
candu terhadap kokain."
Bagaimana dengan pasangan yang hanya menggunakan pertengkaran untuk mendapatkan seks hebat? Ini merupakan indikasi masalah yang lebih besar.
Namun, pakar seks lainnya, Dr Jennifer Berman, mengatakan kalau seks setelah pertengkaran dapat membumbui kehidupan seks pasangan.
"Tidak hanya dapat menjadi liar penuh gairah, tetapi juga dapat
memertahankan keintiman selama masa sulit. Selain itu, adalah hal yang wajar jika gairah kembali dihidupkan setelah pertengkaran," ujarnya.
Di sisi lain, Dr Mayers tidak menganggap hal ini sebagai deklarasi
rasa cinta sebenar-benarnya. Menurutnya, keintiman yang sebenarnya
datang dari keseimbangan dan pengertian.
efek yang sama dengan kokain. Orang akan lupa dengan masalah mereka saat menggunakannya, tetapi masalah akan kembali ketika pengaruh obat bius tersebut hilang.
Seperti dilansir dari Daily Mail, ia beranggapan kalau seks hanya
sekedar alasan untuk berhenti bertengkar bukan untuk menyelesaikan
permasalahan yang terjadi.
Sedangkan dalam sebuah blog yang diterbitkan Psychology Today berjudul Make-Up Sex Hurts: Why and How to Avoid it, ia menjelaskan mengapa seks seperti ini adalah ide yang buruk.
"Ini hanya akan memperkuat drama pertengkaran dan emosional. Pikirkan, Jika Anda melakukan hubungan seks luar biasa setelah bertengkar hebat, tidakkah masuk akal jika pertengkaran terjadi lagi setelah kepuasan yang didapat?" ujarnya.
Teori kontroversial ini bertentangan dengan kepercayaan banyak orang
yang menganggap bahwa kepuasan seks yang didapat setelah bertengkar bisa mencapai berkali lipat rasanya.
Ketika pasangan berbagi emosi negatif, ia menjelaskan, seks
menyediakan solusi cepat dan mudah. "Mereka terlalu cepat berpindah ke jalur yang bertolak belakang. Jujur, ini tidak berbeda dengan rasa
candu terhadap kokain."
Bagaimana dengan pasangan yang hanya menggunakan pertengkaran untuk mendapatkan seks hebat? Ini merupakan indikasi masalah yang lebih besar.
Namun, pakar seks lainnya, Dr Jennifer Berman, mengatakan kalau seks setelah pertengkaran dapat membumbui kehidupan seks pasangan.
"Tidak hanya dapat menjadi liar penuh gairah, tetapi juga dapat
memertahankan keintiman selama masa sulit. Selain itu, adalah hal yang wajar jika gairah kembali dihidupkan setelah pertengkaran," ujarnya.
Di sisi lain, Dr Mayers tidak menganggap hal ini sebagai deklarasi
rasa cinta sebenar-benarnya. Menurutnya, keintiman yang sebenarnya
datang dari keseimbangan dan pengertian.
Anda tidak mungkin membicarakan suatu masalah saat berhubungan seks
dengan pasangan. Pada akhirnya Anda akan melupakannya, tapi masalah akan
bertambah besar saat hal serupa terulang kembali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar